Pandanganku mengarah pada luasnya atap dunia, menjulang tinggi tanpa tiang.
Tampak olehku makhluk-makhluk bersayap menari bermandikan sinar mentari menghias cakrawala.
Ingin rasanya aku seperti burung. Bebas pergi kemanapun ia mau. Dari hutan ke hutan, savana ke savana, benua ke benua...
Hanya bermodalkan kedua sayapnya dan keberaniannya mengarungi samudera.
Masih ku menatap atap dunia.
Mentari begitu gagah dan baik hatinya memberi sinar pada seisi bumi ini. Tak mengharap balas jasa, karna itu murni perintah Tuhan nya.
Aku ingin sepertinya.
Semua makhluk butuh akan dirinya. Yang ketika malam ia sangat dirindukan, yang ketika siang ia sering dibanggakan.
"Hah, konyol!" Hati kecil berujar.
Namun sekarang saatnya ku pandangi karpet dunia yang terbentang hijau dan biru dominan.
Tempat berpijak makhluk-makhluk Tuhan.
Lupakan atas burung dan mentari!
Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.
Aku pun pasti akan bisa lebih bebas dan lebih bahagia dibanding burung-burung itu.
Aku juga niscaya mampu menandingi mentari, karna aku tahu Tuhan telah memberi sinar itu di dalam diriku untuk modal aku berpijak di dunia.
Namun ku akui, sinar itu masih sebatas sekerdip cahaya lilin yang hanya mampu menerangi suatu bilik yang kecil.
Tapi aku yakin suatu ketika lilin itu akan bermetamorfosa menjadi mercusuar bak bintang polaris.
Tuhan, bantulah aku menuju polarisku.....
Karna anugerahMu, aku telah mampu melihat polaris itu.
Aku ingin berlari menujunya dan aku ingin tahu apakah ia merindukan aku seperti aku merindukannya.... :)
Tampak olehku makhluk-makhluk bersayap menari bermandikan sinar mentari menghias cakrawala.
Ingin rasanya aku seperti burung. Bebas pergi kemanapun ia mau. Dari hutan ke hutan, savana ke savana, benua ke benua...
Hanya bermodalkan kedua sayapnya dan keberaniannya mengarungi samudera.
Masih ku menatap atap dunia.
Mentari begitu gagah dan baik hatinya memberi sinar pada seisi bumi ini. Tak mengharap balas jasa, karna itu murni perintah Tuhan nya.
Aku ingin sepertinya.
Semua makhluk butuh akan dirinya. Yang ketika malam ia sangat dirindukan, yang ketika siang ia sering dibanggakan.
"Hah, konyol!" Hati kecil berujar.
Namun sekarang saatnya ku pandangi karpet dunia yang terbentang hijau dan biru dominan.
Tempat berpijak makhluk-makhluk Tuhan.
Lupakan atas burung dan mentari!
Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.
Aku pun pasti akan bisa lebih bebas dan lebih bahagia dibanding burung-burung itu.
Aku juga niscaya mampu menandingi mentari, karna aku tahu Tuhan telah memberi sinar itu di dalam diriku untuk modal aku berpijak di dunia.
Namun ku akui, sinar itu masih sebatas sekerdip cahaya lilin yang hanya mampu menerangi suatu bilik yang kecil.
Tapi aku yakin suatu ketika lilin itu akan bermetamorfosa menjadi mercusuar bak bintang polaris.
Tuhan, bantulah aku menuju polarisku.....
Karna anugerahMu, aku telah mampu melihat polaris itu.
Aku ingin berlari menujunya dan aku ingin tahu apakah ia merindukan aku seperti aku merindukannya.... :)
Komentar
Posting Komentar