Langsung ke konten utama

Autumn In Memory


Pagi yg cerah di Taiwan. Mentari yg tampak tak malu lagi menunjukkan senyumnya. Dedaunan rontok berserakan di sepanjang jalan, mewarnai dengan pesona indah. Pagi itu Qiu, seperti biasanya ia membantu ibunya untuk membuka kedai yg menjadi satu-satunya tumpuan hidup mereka.
Qiu mengayunkan pedal sepedanya menyusuri jalan menuju sebuah sekolah seni yg hampir 2 tahun telah ia jalani.


Dalam hal seni rupa semacam lukisan, ia sangatlah berbakat. Mungkin saja itu turunan dari bakat ayahnya yg juga pelukis berbakat di masanya. Hari ini di kelasnya hanya terjadi hal-hal yg seperti biasa, berbeda halnya dengan kelas musik.


Di kelas musik yg riuh itu tiba-tiba menjadi senyap. Guru Cen ternyata membawa seorang siswi baru berparas manis dan anggun namun tampaknya agak pendiam.                                          
Selepas pelajaran berakhir, Yi seorang siswa yg menggeluti seni musik piano mengejar siswi baru itu,


“Eh, kau siswi baru!” teriaknya.
“Iya, ada apa?” dijawabnya dengan agak terkejut.
“Oh, tidak. Aku Cuma mau tahu siapa namamu. Aku Yi Zian seorang pianis.”
”aku Zhang Ji Wen”
“ngomong-ngomong kenapa kamu pindah ke sekolah ini?”
“Hmm, ayahku pindah tugas ke kota ini dan kebetulan sekali di kota ini ada sekolah musik dan ayahku sangat ingin aku meneruskan studiku untuk memahirkan ku dalam bermain violin.”
“Wah, berarti kita cocok!”
“He, cocok apa?”
“Ah tidak, lupakanlah. Oiya, apa kau sibuk hari ini?”
“Hmm...tidak juga. Memangnya kenapa?”
“Aku ingin memperkenalkanmu pada sahabatku, dia jago melukis lho! Nanti wajahmu mungkin juga akan dilukisnya. Hehe..”
“Benarkah? ok, baiklah.”
Mereka menyusuri kelas-kelas dan ternyata di painting class tak terlihat Qiu.
“Wah, mungkin dia sudah pulang. Coba kita cari di depan, mungkin dia masih di sana”
Qiu tengah mengambil sepeda dan bergegas mengayuhnya.
“Hei, Qiu! Tunggu!!”
Qiu terkejut dan menoleh,
“Oh kau Yi. Ada apa?”
“Ini.., perkenalkan teman baruku. Dia pintar bermain violin dan biola”
Tiba-tiba Zhang mencubit kecil lengan Yi.
“Au..aduh.. Zhang ini bisa bercanda juga ya,,haha”

“Perkenalkan, aku Zhang Ji Wen. Yi terlalu berlebihan, aku baru belajar bermain violin dan biola.”
“Hmm...nampaknya kalian akrab sekali. Aku Qiu Yanlin, sama seperti kau baru belajar, seni melukis”
“Oiya, baiklah. Bagaimana jika sekarang kita jalan-jalan.”
“Oh, maaf Yi. Aku harus membeli bahan-bahan yg diperlukan ibuku untuk kedai. Bagaimana jika besok saja. Aku akan minta izin pada ibuku.”
“Baiklah. Aku tunggu kau di sini sepulang sekolah.”


Qiu mengayuh pedal sepeda dengan santai. Sementara Yi mengajak Zhang jalan-jalan keliling sekolah.
Selepas hari itu akhirnya mereka pun menjadi teman yg sangat akrab. Qiu, Yi dan Zhang seringkali berjalan bersama selepas sekolah. Yi begitu akrabnya dengan Zhang, sesekali mereka berdua bercanda mesra. Qiu yg agak pemalu tak berani ikut ataupun mengganggu mereka, walaupun dalam hatinya ia juga merasa ada memiliki suatu perasaan yg berbeda terhadap Zhang.


Tak jarang Qiu hanya melihat kemesraan Yi dan Zhang yg tenggelam dalam romantisme seakan dirinya hanya dijadikan patung saksi cinta mereka. Qiu tak bisa jika terus menyakiti perasaannya. Diam-diam Qiu memendam rasa pada Zhang. Tapi Zhang begitu akrab dengan Yi, terlebih lagi Yi adalah anak seorang yg kaya, sehingga ia merasa tak pantas mengharapkannya. Dan pada akhirnya Qiu menyangka bahwa Yi dan Zhang telah menjadi pasangan kekasih.


Hari-hari terus berlalu, semester demi semester telah terlalui. Perasan cinta Qiu terhadap Zhang terus saja menggangunya. Ia ingin melupakan, tapi setiap ingin ia lupakan, semakin bertambah kuat cintannya.
Hari-hari yang ia lalui begitu berat. Ia mencintai kekasih sahabatnya sendiri. Ia tak mungkin merebut cinta Zhang. Ia benar-benar mengira, Zhang sangat mencintai Yi, begitu pula dengan Yi. Ia merasa benar-benar gila dibuatnya.


Begitu cintanya ia pada sang pujaan hati, hingga ia melukis wajah Zhang yang ada dalam imajinasinya secara diam-diam.
“Waahhh....cantik sekali! Siapa dia Nak?”
Qiu sangat terkejut dengan kedatangan ibunya yang secara tiba-tiba.
“Ooh, ti..tidak Bu. Aa..aku...aku..hanya iseng. Yaa..., hanya iseng!”
Dengan sedikit gugup seraya menyembunyikan lukisan itu dibalik badannya.
“Wah, anak ibu sedang jatuh cinta. Sini, coba Ibu lihat lukisan wajah gadis itu, siapa tahu ibu kenal!”
“Aduuuh...ibu. Aku hanya iseng, benar-benar iseng, tak ada maksud lain. Dia hanyalah wanita yang hanya ada dalam khayalanku, ibu.”
Maksud Qiu hanyalah mimpi jika Zhang bisa menjadi kekasihnya.
“Ya sudahlah jika kau tak mau memperlihatkannya pada ibu. Yang penting kau harus tetap semangat sekolah, jangan berfikir macam-macam dulu. Ayo cepat makan! Makan malam sudah ibu siapkan.”
“Baiklah Bu. Aku membereskan alat-alat lukisku dulu.”

 Ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka turunlah hujan di hatinya. Hari itu gerimis saat pulang sekolah.  Yi tak terlihat, sementara Zhang sibuk menunggu adakah yg mau mengantarkanya pulang. Lama sekali ia menunggu, tiba-tiba yg muncul bukan Yi tapi Qiu dg sepedanya.
“Hai Zhang! Sedang apa kau berdiri di situ, ayo lekas pulang sebelum gerimis ini menjadi hujan yg lebat.”
“Aku sedang menunggu Yi . Tadi ia berjanji akan pulang bersamaku dan menjemputku di sini, tapi hingga sekarang ia belum terlihat. Cukup lama aku menunggunya.”
“Hmm...apakah kau akan tetap menunggnya? Aku hanya khawatir jika nanti hujannya menjadi lebat dan kasihan kaunya. Kalau kamu mau, pulanglah bersamaku. Aku yakin tak mengapa.”
Qiu memberi tumpangan pd Zhang dg tulus. Melihat ketulusannya hati Zhang pun luluh untuk tetap menunggu Yi.


Di bawah rinai hujan, Qiu merasa sangat bahagia karna ia bersama pujaan hatinya. Entah melayang terbang angannya, akankah bisa ia menjadi kekasihnya. Zhang merasa terpesona dengan kesopanan dan ketulusan Qiu yg tak begitu terlihat ketika mereka berjalan bertiga bersama Yi. Zhang merasa lain dengan Qiu. Suasana berubah menjadi romantis.


Sungguh rasanya inilah perjalanan pulang yg terindah yg pernah dirasakan oleh Qiu. Ia belum pernah merasakan hari yg sebahagia ini. Ternyata Zhang merasakan hal yg serupa. Meski ia telah lama akrab dengan Yi, namun rasanya seperti berbeda ketika ia berada di dekat Qiu. Mungkin karena ketulusannya.


“eh, kenapa kau sejak tadi diam saja” Zhang yg dibonceng Qiu pun akhirnya memecah kesunyian.
“aku hanya tak ingin mengganggumu.”
“he, mengganggu? Maksudmu?”
“Hmm, mengganggu lamunanmu!”
“ah, kau ini bisa saja. Emangnya aku pelamun apa? Heh, awas kau” Sambil mencubit kecil pinggang Qiu.
“Au..au.., ampun..ampun..tuan putri”
“yaaah, tuan putri lagi. Macam-macam kau ini!”
“iya, kan kau tuan putri lamunan.”
“Woo..ku cubit lagi nih, mau?”
“tidaak..tidaak.., aku menyerah! Hehe”
Mereka tersenyum malu-malu selepas percakapan itu.


Hari itu menjadi hari yg sangat bersejarah dalam perjalanan cinta Qiu. Ia segera mengambil lukisan wajah Zhang dan seraya menyaksikan dedaunan maple yg berguguran, ia menorehkan kata demi kata yg indah di sudut kanvas yg masih kosong.
Di bibir lapangan sekolah nampaknya ada Zhang dan Yi yg sedang berbicara dengan serius,
“Hai Zhang, kenapa kemarin kau tidak menungguku? Aku telah mencemaskanmu dan aku pun mencarimu ke setiap sudut kelas namun kau tak ada, hingga akhirnya ku pikir kau telah pulang duluan.”
“maaf, aku tak bermaksud meninggalkanmu. Tapi ku lihat hujan yg semakin lebat sehingga aku memutuskan untuk pulang duluan.”
“Dengan siapa kau pulang? Sendiri?”
“aku yg mengantarnya pulang dan aku juga yg telah memaksanya kemarin”
 tiba-tiba Qiu datang karna melihat mereka dari kejauhan yg nampaknya bertengkar.
“ooh, kau. Setidaknya kau memberitahuku terlebih dulu agar tak membuatku cemas.”
“ya, maafkan aku Yi. Akulah yg bersalah. Jangan lagi kau marah pada Zhang tapi marahlah padaku.”


Mereka bertiga memang sahabat yg baik. Persahabatn yg memang penuh pengertian meski ada cinta segi tiga di antaranya.
Namun Qiu terus saja memiliki anggapan bahwa dirinya telah merusak hubungan Yi dengan Zhang. Ia berfikir untuk lebih menjaga jarak dan menjauhi Zhang.


 Suatu ketika Zhang sudah lama tak bertemu dg Qiu, ia bertanya pd teman sekelas Qiu dan katanya Qiu sudah beberapa hari ini jatuh sakit.
Entah mengapa Zhang begitu perhatian hingga ia menjenguk Qiu.
Sampai di rumah Qiu, ia disambut ramah oleh ibunya Qiu dan saat ia hendak menuju kamar Qiu, ia terpeleset dan tubuhnya terbentur dinding cukup keras sehingga sebuah benda yg terselip di balik lukisan terjatuh. Ia sangat khawatir jika benda itu terjadi apa-apa sehingga ia langsung mengambil benda itu untuk memastikan keadaan benda itu baik-baik saja.


Dengan kagetnya ia melihat lukisan wajah seorang gadis yang mirip dengannya. Dan bertuliskan puisi Feng, rontoknya dedaunan di musim gugur yg merupakan ungkapan hati Qiu tentang perasaannya terhadap gadis itu.


“Awan gelap di dalam hati kita mengukir sebuah bayangan
Aku mendengarkan perasaan yg sudah lama sepi
Jelas dan transparant seperti pemandangan yang indah
Selalu di dalam kenangan baru dapat dilihat
Hati yang pernah terluka apakah masih dapat terus mencintaiku?
Dengan sekuat tenaga menggenggam tangan yang tak ada temperaturnya
Kehangatan yang datang dan pergi sudah terkunci oleh waktu
Hanya tersisa kesedihan yang tak terhapuskan
Daun pepohonan yg perlahan - lahan rontok seperti kenangan
Aku menyalakan api lilin menghangatkan akhir musim gugur
Cahaya kutub menyapukan cakrawala
Angin utara menyapukan roman muka yg memikirkanmu
Aku membakar cinta menjadi daun yg jatuh
Tapi tak dapat menukar wajah yg kukenal
Daun pepohonan yg pelan-pelan rontok seperti kenangan
Mengapa memulihkan yang bergegas sebelum musim dingin
Mencintaimu melalui waktu
Berasal dari air mata di akhir musim gugur
Membuat cinta menyerap ke tanah
Aku hanya mau kau ada disampingku

Di pinggang gunung hujan yang turun
Mengikuti angin utara yang berserakan aku pelan – pelan mengayun menggiring angin
Ingin menyadarkan cinta yg ditinggalkan
Salju sudah menutupi tanah
Sangat takut daun pepohonan di luar sana sudah menjadi es” *
Zhang sangat tersentuh dan entah mengapa Zhang berharap sekali yg dimaksud dalam puisi itu adalah dirinya. Tumbuh dan bersemilah rasa cinta pada Qiu.
Qiu hanya menjelaskan mungkin wanita itu akan menjadi legenda kedua setelah legenda monalisa yg dilukis oleh sang legendaris Leonardo da vinci.
Kisah cinta dan siapa wanita yg dicintai Qiu pun masih menjadi misteri di hati Zhang. Hingga mereka tamat dari sekolahnya.
Tiga bersahabat itu terpisah melanjutkan study dan hidupnya masing-masing.
Zhang pergi dengan mobil  jemputan ayahnya meninggalkan Yi dan Qiu.


 Qiu baru mengetahui bahwa Zhang akan pergi jauh meninggalkan kota yg penuh kenangan cinta ini. Qiu yg baru tahu kepergiannya langsung mengejar mobil Zhang. Sambil berlari ia pun berteriak


“Zhang Ji Wen, aku mencintaimu. Kaulah wanita itu!”
Qiu menghentikan langkahnya dengan nafas yg tersengal-sengal.
Zhang ingin sekali turun tapi ayahnya melarang. Tanpa pikir panjang ia melambaikan tangannya ke luar jendela mobil dan ia menengok ke arah Qiu dan berteriak,
“kita pasti akan bertemu lagi. Aku juga mencintaimu Qiu.”
Air mata Zhang terus saja membasahi pipinya yg putih bersih.....
Qiu kembali ke rumahnya selepas telah hilang mobil Zhang dari pandangannya.

*Lirik lagu Feng : Jay Chou

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Bahasa Dunia

Bahasa merupakan alat/teknologi komunikasi yang pertama dan paling penting digunakan dalam interaksi. Entah bagaimana sejarah bahasa hingga bisa tercipta berbagai macam bahasa bahkan tak terhitung bahasa yang ada di dunia. Dalam satu negara saja sudah terdapat beberapa bahasa contohnya Indonesia yang kaya akan bahasa daerah. Jadi kemampuan orang Indonesia itu ternyata sebanding saja dengan kemampuan orang Barat misalnya yang mampu berbahasa Inggris, Jerman, Perancis dst. Sementara banyak juga orang Indonesia yang bisa banyak bahasa seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dsb. Berbicara tentang bahasa dunia, bahasa Inggris tentunya merupakan bahasa kunci untuk membuka gerbang dunia internasional. Bukannya untuk melupakan atau tidak mencintai 'bahasa ibu' sendiri, namun bahasa Internasional dirasa begitu penting untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan di ranah dunia.  Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai bahasa Inggris, baik mela...

Salak Pondoh Primadona Desa

Salak Pondoh Asli Turi Sleman Semilir angin dan aroma hutan sepanjang jalan menuju Turi menenangkan bagi yang jenuh dengan padat dan semrawutnya lalu lintas pusat kota Jogja dan aroma knalpot yang mencekik. Di sini, sepanjang memasuki Desa Wisata Agro yang terletak di kecamatan Turi kabupaten Sleman, Yogyakarta, pemandangan dari kanan dan kiri jalan layaknya disambut gerombolan pepohonan salak yang lebat melambai-lambai seakan menyambut kedatangan wisatawan. Namanya saja wisata agro, di sini yang dapat ditemukan lebih banyak pepohonan salak yang menjadi primadona warga sekitar yang terkenal hingga pelosok Asia. Benarkah? Tunggu ulasannya. Kebun-kebun salak diselingi pepohonan tinggi yang tak teratur memenuhi lahan di desa ini, entah berapa luas desa ini. Saya menyaksikan ada beberapa gapura desa yang saya lewati dan pada akhirnya sampai pada salah satu kebun salak yang kami singgahi. Alami, sangat alami fisik desa wisata ini, terlihat belum ada sentuhan dari inve...

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...