Langsung ke konten utama

Salak Pondoh Primadona Desa

Salak Pondoh Asli Turi Sleman
Semilir angin dan aroma hutan sepanjang jalan menuju Turi menenangkan bagi yang jenuh dengan padat dan semrawutnya lalu lintas pusat kota Jogja dan aroma knalpot yang mencekik. Di sini, sepanjang memasuki Desa Wisata Agro yang terletak di kecamatan Turi kabupaten Sleman, Yogyakarta, pemandangan dari kanan dan kiri jalan layaknya disambut gerombolan pepohonan salak yang lebat melambai-lambai seakan menyambut kedatangan wisatawan. Namanya saja wisata agro, di sini yang dapat ditemukan lebih banyak pepohonan salak yang menjadi primadona warga sekitar yang terkenal hingga pelosok Asia. Benarkah? Tunggu ulasannya.

Kebun-kebun salak diselingi pepohonan tinggi yang tak teratur memenuhi lahan di desa ini, entah berapa luas desa ini. Saya menyaksikan ada beberapa gapura desa yang saya lewati dan pada akhirnya sampai pada salah satu kebun salak yang kami singgahi. Alami, sangat alami fisik desa wisata ini, terlihat belum ada sentuhan dari investor-investor yang sedang giat menanam investasi di wilayah-wilayah pusat Jogja, hingga utara dan sekitarnya. Tapi syukurlah, bagian yang utara ini masih natural sehingga saya berpikir seandaikan nanti perkebunan salak ini dialihfungsikan dan dibeli oleh orang asing, petani akan seperti apa? Pembangunan memang perlu diberikan pada kelompok petani salak ini, tetapi jangan sampai menggusur apa yang telah menjadi kekhasan dari wilayah ini tetapi perlu pengembangan agar lebih mensejahterakan petani di sini. Begitu gumam saya di dalam hati.

Salak-salak yang siap dipanen
Sesampainya di kebun, saya ditawari apakah ingin dipetikkan atau ingin memetik sendiri? Sudah pasti saya menjawab ingin memetik sendiri. Hal ini menjadi kali pertama saya blusukan di kebun salak yang di sana-sini penuh duri dan tanah yang sangat gembur, sehingga mudah untuk terperosok. Tetapi hal itu tidaklah menghalangi saya untuk terus menembus barisan pepohonan salak yang sedang berbuah ini, membuat saya semakin semangat memilih mana yang ingin saya cicipi untuk merasakan manisnya yang terasa hingga lidah orang-orang Asia.

Getah dan Salak Pondoh
Sayang sekali padahal saya tidak membawa kamera saat mengunjungi kebun salak ini sebab saya juga tidak tahu bakal menyinggahi daerah ini selepas acara resepsi perkawinan keluarga. Hanya mengandalkan kamera handphone sehingga seadanya gambar yang dapat ditampilkan ditambah pencahayaan yang kurang sebab saat itu mendung menyelimuti wilayah ini. Setidaknya ada dokumentasi dan nanti saya pasti akan ke sini lagi. Hehee...

Sambil memetik salak sambil mencicipi manisnya buah bersisik ini. Asik sekali rasanya di perkebunan yang seperti beratapkan dedaunan salak saya menikmati aroma dan lezatnya salak. Tak terasa satu keranjang penuh telah terisi salak manis ini.

Satu keranjang dipenuhi salak, yuhuuuiii!!


Dua Keranjang Siap Dibawa Pulang! ;)







Memilah milah salak
Setangkai Salak yang diikat agar tidak gogrok (rontok berjatuhan)

Mbah Ngadi sambil memilihkan salak yang siap untuk dipetik, sambil menjelaskan tentang perkebunannya ini. Dalam satu tahun bisa panen sampai dua kali, dan biasanya di akhir hingga awal tahun seperti ini panen. Ada jenis yang masa panennya 6 bulan dan ada juga 7 bulan. Salak-salak ini pun ternyata tidak hanya menjadi primadona warga Jogja, tetapi juga sudah menembus ke belahan Asia, seperti China, Jepang dan Korea.  Harga per kilogram salak pondoh saat ini sekitar lima ribu rupiah. Cukup murah untuk bisa menjadikan buah bersisik ini menjadi oleh-oleh yang manis. Salak pondoh yang laku diekspor yaitu yang bentuknya bulat dan berisi 3 biji. Selain dari kriteria itu salak pondohnya tidak laku diekspor. Sehingga mbah Ngadi menambahkan selama ini mereka para petani di daerah desa wisata ini bergantung hidup dengan perkebunan salak ini.
Ini Dia Salak Bundar Isi 3

Hmm...Siap Dipetik!


 
Salak Gading yang Baru Saja Di Tanam


Ternyata perkebunan salak ini pun memiliki SOP yang dibentuk oleh kelompok petani setempat. Selain  itu mbah Ngadi menjelaskan bahwa dalam pemupukan salak pondoh ini, dia tidak sembarangan. Mbah Ngadi hanya memakai pupuk kandang yang didapat dari ternak kambingnya, dan pupuk kompos pun juga tidak dipakai apalagi pupuk kimia. “Jadi salak di sini biar organik, alami.”, begitu kata mbah Ngadi.


SOP
SOP










Kandang Kambing yang Dimanfaatkan Pupuk Kandangnya


Seru sekali perjalanan ke desa wisata agro Turi kali ini, tetapi karena waktu yang terbatas, kami hanya sebentar di perkebunan ini dan belum sempat keliling menyinggahi sudut desa yang lain. Tapi tidak mengapa karena kami dapat membawa sekarung salak pondoh dengan gratis! Sekian cerita dari perkebunan salak pondoh keluarga.  Hmm…manisnyaaa hehehe…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Bahasa Dunia

Bahasa merupakan alat/teknologi komunikasi yang pertama dan paling penting digunakan dalam interaksi. Entah bagaimana sejarah bahasa hingga bisa tercipta berbagai macam bahasa bahkan tak terhitung bahasa yang ada di dunia. Dalam satu negara saja sudah terdapat beberapa bahasa contohnya Indonesia yang kaya akan bahasa daerah. Jadi kemampuan orang Indonesia itu ternyata sebanding saja dengan kemampuan orang Barat misalnya yang mampu berbahasa Inggris, Jerman, Perancis dst. Sementara banyak juga orang Indonesia yang bisa banyak bahasa seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dsb. Berbicara tentang bahasa dunia, bahasa Inggris tentunya merupakan bahasa kunci untuk membuka gerbang dunia internasional. Bukannya untuk melupakan atau tidak mencintai 'bahasa ibu' sendiri, namun bahasa Internasional dirasa begitu penting untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan di ranah dunia.  Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai bahasa Inggris, baik mela...

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...