Seperti termarginalkan di sudut jalan itu. Entah di mana sudut bumi,
hingga mampu merasa seakan ada ruang untuk sembunyi. Memakamkan segala
keburukan hal yang telah dilakukan, melukiskan keindahan memori yang
pernah terlewati. Ada ketika sungai itu berhenti mengalir, tergenang
dengan air yang tak bersiklus. Entah stagnan, ataukah...Memaknai arus
itu tanpa intervensi, pastilah tak mampu mengelak dari kesusahan. Tapi
apakah sulit itu indikasi tak akan mampunya sesuatu? Indikator itu ada
pada kekuatan jiwamu. Hingga betapa buruknya merasa termarginalkan itu?
Seburuk kerendahdirian yang tak peka akan anugerah selama ini.
Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...
Komentar
Posting Komentar