Analogi apa yang ku maksudkan dengan kecintaanku terhadap maple dan polaris.
Jika harus ku singkap lapis demi lapis langit, akankah ku temui jawabannya?
Letak polaris itu, takkan berpindah dan setia menjadi penunjuk arah. Dan polarisku, entah di mana. Bersemayam dalam sudut yang belum terjangkau oleh logika.
Bumi dan langit. Hal yang merupakan paradoks sehingga menjadi perbandingan abadi, ataukah yang saling melengkapi. Jika ini berbincang mengenai semiotika, maka makna sebenarnya dari apa yang dituliskan tentulah milik yang menorehkannya. Menjadi beragam makna di setiap kepala, itu hal yang biasa.
Apa aku harus kembali terjebak dalam rasa yang menahanku untuk...
Terpatri dalam hati hingga..
Waktu yang semakin bergulir menjadi pengungkap misteri.
Menjadi berwarna, dan itulah kehidupan.
Ku tengok ke belakang,
Aku yang sekarang adalah akumulasi aku yang lalu.
Jika sebongkah rasa ini benar adanya, hanya kasih sayang dan ampunan pemilik semesta yang ku sandari di setiap relung jiwaku.
Jika berharap, tentu yang terbaik bukanlah apa yang terlihat oleh mata kepala ini.
Wahai Yang Maha Luar Biasa kasih sayangnya, Yang Maha Hebat pemberiannya, Yang Maha Luas ampunannya,
seonggok nista yang terkandung dalam jiwa ini merengek, mengemis dan kasihanilah..
Jawabkanlah sesuatu yang memang dirasa sedang ditunggu dan jikalaupun belum, mohon curahkanlah kesabaran..
Jika harus ku singkap lapis demi lapis langit, akankah ku temui jawabannya?
Letak polaris itu, takkan berpindah dan setia menjadi penunjuk arah. Dan polarisku, entah di mana. Bersemayam dalam sudut yang belum terjangkau oleh logika.
Bumi dan langit. Hal yang merupakan paradoks sehingga menjadi perbandingan abadi, ataukah yang saling melengkapi. Jika ini berbincang mengenai semiotika, maka makna sebenarnya dari apa yang dituliskan tentulah milik yang menorehkannya. Menjadi beragam makna di setiap kepala, itu hal yang biasa.
Apa aku harus kembali terjebak dalam rasa yang menahanku untuk...
Terpatri dalam hati hingga..
Waktu yang semakin bergulir menjadi pengungkap misteri.
Menjadi berwarna, dan itulah kehidupan.
Ku tengok ke belakang,
Aku yang sekarang adalah akumulasi aku yang lalu.
Jika sebongkah rasa ini benar adanya, hanya kasih sayang dan ampunan pemilik semesta yang ku sandari di setiap relung jiwaku.
Jika berharap, tentu yang terbaik bukanlah apa yang terlihat oleh mata kepala ini.
Wahai Yang Maha Luar Biasa kasih sayangnya, Yang Maha Hebat pemberiannya, Yang Maha Luas ampunannya,
seonggok nista yang terkandung dalam jiwa ini merengek, mengemis dan kasihanilah..
Jawabkanlah sesuatu yang memang dirasa sedang ditunggu dan jikalaupun belum, mohon curahkanlah kesabaran..
Komentar
Posting Komentar