Langsung ke konten utama

Pelangi di Gulita Angan


Dinginnya malam kala itu di tengah kantukku. Selepas aku terbangun dari tidurku yang sesaat, ku balas pesan dari seorang teman dekatku. Pertanyaan-pertanyaan yang ia tujukan padaku, sudah semestinya ku jawab.

Sebenarnya, selama ini aku tak mengerti apa itu Passion dan hingga sekarang aku pun belum pantas untuk sepenuhnya bilang "aku menemukannya!". Aku hanya menangkap di mana radar itu begitu kuat serasa memanggil-manggil jiwaku.


Ia begitu ragu akan pendidikan kuliahnya, kenapa semua begitu membosankan-menyulitkan-memberatkan dan hal-hal yang membuatnya galau saat itu. Dan aku pun masih tak mengerti kenapa ia menanyakan pada orang sepertiku ? Serasa ingin tertawa di dalam hati.

Dengan nada mengalir, jari-jariku menari di hamparan layar yang hanya sedikit sentuhan memainkan suara-suara indah bahkan menampilkan maha karya.

"Sebenarnya, kuliah apapun kita tak mesti untuk bekerja di bidang itu juga. Kuliah itu sebenarnya untuk mempertinggi tingkat pemikiran kita.

Tak ada ilmu yang dituntut yang tak brmanfaat. Dalam proses kita tumbuh menjadi diri kita, sebenarnya kita sungguh tak mengerti tangga yang di rencanakanNya. Jalani saja segalanya dengan hati, seraya menjalani proses berkembangnya pikiran, Dia pasti takkan pernah menyesatkn hamba yang ingin serius menjadi hambaNya yang sebenarnya. 

Dalam pemahamanku, manusia itu dicipta ibarat dengan warnanya masing-masing.
Andai aku biru dan hijau itu kau. Kita pun pasti memiliki tugas yang berbeda namun tujuan kita sama.
Tugasku haruslah mewarnai laut dan tugasmu mewarnai tetumbuhan.
Kita mesti konsisten dengan misi kita yang satu yaitu sama-sama ditugaskan Allah untuk mewarnai dunia agar lebih indah.
Yup, itulah kenapa kita dicipta Allah dengan tujuan sebagai khalifah (pemelihara) di bumi.



So, tugas kita tinggal TEMUKAN WARNA kita! Esensinya itu ada pada PENJIWAAN. Di mana kita MENJIWAI sesuatu, maka yakinlah pasti baik hasilnya."



Dan aku masih menanti tibanya impianku bergilir menemuiku. Hingga saat ini biarlah aku tersibukkan olehnya. Semoga Allah ridha atas apa yang ku impikan, dan atas apa yang aku lakukan. Dialah Yang Menggenggam segalanya dalam hidupku, mudah sekali bagiNya menjadikan hitam itu hitam, putih itu putiih sekalii. Oh mimpiii,, tersenyumlah padakuuuu... :)

Bergeraklah, meski kata mereka itu tak mungkin!



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Bahasa Dunia

Bahasa merupakan alat/teknologi komunikasi yang pertama dan paling penting digunakan dalam interaksi. Entah bagaimana sejarah bahasa hingga bisa tercipta berbagai macam bahasa bahkan tak terhitung bahasa yang ada di dunia. Dalam satu negara saja sudah terdapat beberapa bahasa contohnya Indonesia yang kaya akan bahasa daerah. Jadi kemampuan orang Indonesia itu ternyata sebanding saja dengan kemampuan orang Barat misalnya yang mampu berbahasa Inggris, Jerman, Perancis dst. Sementara banyak juga orang Indonesia yang bisa banyak bahasa seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dsb. Berbicara tentang bahasa dunia, bahasa Inggris tentunya merupakan bahasa kunci untuk membuka gerbang dunia internasional. Bukannya untuk melupakan atau tidak mencintai 'bahasa ibu' sendiri, namun bahasa Internasional dirasa begitu penting untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan di ranah dunia.  Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai bahasa Inggris, baik mela...

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.