Langsung ke konten utama

Hingga Terang Menyinggahi

Bismillaah... sebagai pembuka yang terbaik..
Ada hal yang semestinya aku perlihatkan, dan ada hal yang sepatutnya disembunyikan. Bukannya orang akan lebih terpana ketika tidak mengetahui sisi yang elok di balik kesederhanaannya?
Menjadilah itu...

Aku beragama, tetapi aku juga rasanya tak perlu menunjukkan bahwa....ya seperti itulah.
Ada keyakinan yang tersimpan dalam. Ada kesungguhan yang terpatri dalam hati. Aku tak mengapa andai seluruh penduduk dunia memandangku dengan sudut matanya saja. Aku begini adanya. Aku dilahirkan, bukan dengan tanpa sengaja.. Semua itu karena perencanaan yang luar biasa.

Aku masih seperti..memang tak ada yang sempurna di dunia ini. Yang sempurna itu hanya cintaNya kepada semua yang dicipta. Namun tatkala ku ingin kembalikan rasa itu, malu rasanya... aku bukan apa-apa dan masih belum menjadi siapa-siapa. Engkau sangat berarti bagiku tetapi aku mungkin hanya senoktah di mataMu.


Mataku pun terbuka, betapa banyaknya yang berlomba memburu hal yang menyilaukan itu. Dengan kesungguuhan dan kemampuan yang mereka miliki, menciutkanku untuk.....
Tapi apakah Kau inginkan aku tuk begitu? Aku tau...

Apa yang semestinya aku lakukan. Di satu sisi aku ingin merasa kembali 'terbakar', hempaskan saja aku sekuat-kuatnya kemudian aku akan melenting setinggi-tingginya.
Aku senang ketika aku mampu mengutarakan banyak hal dengan rasa, tanpa rasa apa yang ku ungkapkan mungkin hambar meskipun hambar itu juga rasa.

Ada hal yang kurindukan dari aku yang dulu  tetapi aku yakin aku yang sekarang adalah lebih baik.
Kepingan-kepingan kenangan itu, tersimpan dalam rak-rak memori yang mendidikku untuk menjadi lebih dari itu, mengajarkanku untuk tak lagi terbodohi dan hati itu...semoga selalu Engkau jagakan.

Tak pernah menutup hati semenjak itu. Hati yang selalu terbuka, namun juga tak mungkin membiarkan sesiapa saja dapat menyinggahinya, mungkin hanya berlalu saja akan lebih terasa nyaman. Belum dan belum...dirangkai menjadi sebuah penantian. Nanti dan nanti...menimbulkan tanda tanya yang mengisyaratkan tak pasti. Menanti kepastian.. itu saja. Aku masih diberi pergerakan, bakarlah,,, iyaa bakarlah... semoga selalu membakar dan ..... aku tak mampu tanpa adanya campur tangan Tuhan..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.

BeTe Banget Tau!

Padahal males banget mau cerita tapi gimana lagi ntar kepalaku pecah numpukin uneg-uneg in di kepala. Iyuuuhhh -_- Entah ga taulah apakah karena harapanku yang terlalu tinggi ato gimana, bikin ga enak banget kali ini. Aku ga ngerti gimana standar beliau itu. Aku cuma mempermasalahin standar penilaian yang sebenarnya juga aku tu males kalo kesannya semua itu demi nilai.