Langsung ke konten utama

Kejutan Itu Ternyata Tulus


Musik menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan baik dari usia balita, muda, dewasa hingga usia senja. Salah satu jenis musik yang saat ini begitu akrab dengan generasi muda yaitu Jazz.

Malam itu (8/11) suasana di gedung 168 Confrence Building Semarang berubah menjadi ramai dengan suara teriakan histeris menyambut kedatangan bintang Jazz ternama yang saat ini sedang ‘’hits” di Indonesia. Kehadiran Tulus menjadi kejutan dan hadiah tersendiri bagi peserta Talkshow dan Diskusi Kebangsaan yang termasuk dalam rangkaian acara Nation Building Beswan Djarum 2015.

Suasana 168 Confrence Building

Banyak sekali peserta yang tidak menyangka pada malam itu akan dihadirkan seorang bintang tamu yang akan menghibur dengan lagu-lagunya yang telah mendapatkan perhargaan di ajang musik bergengs di Tanah Air. Tulus menyapa para peserta Beswan Djarum dan menyanyikan lagu berjudul “Gajah”. Para peserta pun ikut terhanyut dan menyanyi bersama hingga menyihir atmosfer 168 Confrence Building menjadi syahdu.

Ada beberapa peserta yang diminta peyanyi berdarah Minang ini untuk naik ke atas panggung menyanyikan salah satu lagunya. Para peserta berebut dan berharap agar dipilih untuk menyanyi di panggung bersama Tulus.

Aksi Tulus di Pangung Talkshow Beswan Djarum

Tulus menyanyikan lagu Seribu Tahun Lamanya yang merupakan recycle versi asli dari Jikustik sebagai penutup penampilannya pada malam itu.

“Aaaak...seneng banget. Gilaa, nggak nyangka ya bisa ekslusif kayak gini. Biasanya cuma ndengerin di mp3 sekarang bisa nyanyi bareng sama penyanyinya. Kereen deh pokoknya!”, ungkap Yola seorang peserta Beswan Djarum asal Jambi.

Oleh : Etik Anjar F.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.

BeTe Banget Tau!

Padahal males banget mau cerita tapi gimana lagi ntar kepalaku pecah numpukin uneg-uneg in di kepala. Iyuuuhhh -_- Entah ga taulah apakah karena harapanku yang terlalu tinggi ato gimana, bikin ga enak banget kali ini. Aku ga ngerti gimana standar beliau itu. Aku cuma mempermasalahin standar penilaian yang sebenarnya juga aku tu males kalo kesannya semua itu demi nilai.