Jogja pagi ini masih diliputi awan mendung, namun aku sudah berlarian (read : berkendara) menuju kantor Gubernur di kawasan Malioboro. Entahlah, sepekan ini begitu pada rasanya. Baru saja kemarin mengikuti workshop bersama dosen (read ; diajak) yang besok akan aku share juga di sini. Hari ini aku ingin fokus dengan ilmu yang akan didapat di bimtek (bimbingan teknis) penerbitan oleh KOMINFO Jogja ini. Sebenarnya yang diberikan di acara ini bukan ilmu baru tetapi aku tetap saja ingin belajar siapa tau ada hal baru atau sudut pandang baru yang akan ku dapatkan, termasuk jaringan atau kesempatan lainnya, ya kan aku tipe oportunis. hehe..
Well, sebelum masuk ke ruangan bimtek ternyata namaku tidak ada di daftar registrasi peserta. Setelah aku membantu menelusuri bersama ibu-ibu resepsionis ternyata ada nama temanku yang double dan akhirnya teratasi. Lumayan lah selain mendapat ilmu teknis, di sini juga mendapat uang transport dan tas.. hehe mayanlah kan mahasiswa. :D
Pembukaan oleh Ketua Panitia Bimtek Penerbitan |
Masdjo (masyarakat digital jogja) yaitu komunitas yang dibentuk untuk membuat konten-konten positif terkait Jogja.
Perubahan Media "Kita adalah Media"
Slow journalism (arus balik) yang melawan berita hoax. Karena pada saat ini peebritaan banyak yang asal tayang karena dikejar target. Ada jurnalis yang instan asal tulis, tapi ada juga jurnalis yang lambat (slow) tapi bisa menginfluence.
Slow journalism itu melihat bagaimana dnegan sudt pandang yang lebar. Misal memandang tugu, kenapa tugu dikunjung oleh orang dari berbagai macam kota. Kenapa alun-alun selatan itu apa? Harusnya menegrti spirit kota ini, deep reading, mengendapan pikiran (sitinggil).
Cogito argusum "jika aku nerpikir maka aku ada". Mencari diri kita, mengoptimalkan diri maka itulah cogito argusum, jadi jangan sia-siakan masa muda anda.
Diagramnya :
-produksi berita general
-program berita spesifik
-program berita sublime (misal pariwisata
-slow journalism
Kultur bergerak (mobile culture), dimana kita berada bisa membaut berita entah itu vlog.
Shring culture, saling memberi informasi satu sama lain.
Instan journalsim tidak ada perenungan, model instagram hits yang punya follower banyak. Tapi biasanya perusahaan kosmetik, dsb senang dnegan seperti itu. Sebab selera masyarakat sekarang itu sudah berubah. Maka sekarang itu wartawan senior menajdi kalah, tapi senior kekuatannya memilliki pemikiran dan pentehaguan yang mendalam.
Creative culture, masyarakat kreatif.
Be all things, orang yang berminat di berbagai bidang tapi ada yang prioritas.
Be aguide, tulisannya bisa jadi panutan, kredibel.
lead (mind catching, eye catching. Ex; AAU sangup mengalahkan singapur, diambil dr komnetar org singapur dll)
Komentar
Posting Komentar