Mulutku
serasa bisu, tak mampu berkata. Jemariku serasa kaku, tak mampu menuliskan.
Pikiranku serasa beku untuk memikirkan. Hanya hati yang telah merasakan
besarnya kasih sayang yang mampu menggambarkan bagaimana sesosok Ibu. Rangkaian
huruf tak mampu menjadi kata yang dapat menggambarkan seperti apa ibu dan
seindah apapun kalimat takkan mampu menjelaskan siapa itu ibu. Dia adalah seorang
yang dikirim Tuhan untukku menjadi malaikat yang menjaga, menyanyangi dan
mengajarkanku untuk menjalani kehidupan yang benar. Lahirku di dunia membawa
darahnya yang mengalir di dalam jasadku. Meski saat ini terpisah jarak dan
waktu dengan ibu, dan meski rindu bergelayutan tetapi hati dan bathin takkan terpengaruh oleh itu. Cinta
ibu terhadapku takkan hilang karena dimensi jarak maupun waktu.
Aku
tak mampu sebenarnya untuk menuliskan rangkaian huruf menggambarkan seperti apa
ibu, namun aku mencoba melontarkan seperti apa isi hati yang merasakan kasih
sayang sesosok malaikat yang dikirimkan ke dunia unukku yaitu ibu.
Ibuku,
apa yang istimewa darinya. Jika memandang dari atribut dunia, ibuku memang
bukan seorang yang istimewa. Dia hanyalah ibu tanpa gelar akademis, tanpa harta
yang melimpah, tanpa kekayaan intelektual, tanpa perhiasan yang menghiasai
sekujur tubuhnya. Dia hanyalah seorang ibu yang penuh dengan kesederhanaan ,
namun perasaan cintanya yang sangat luar biasa. Itulah yang membuatnya menjadi
istimewa di mataku.
Ibu
yang tak pernah mengeluh lelah membantu ayah dalam mencari nafkah. Setiap harinya
ia bangun di pagi buta, bergegas menyiapkan santapan pagi untuk anak-anaknya serta
suaminya, dan pekerjaan rumah layaknya seorang ibu rumah tangga. Setiap hari ia
harus pergi keliling pasar membeli bahan dagangan dan semua itu sangat melehakan.
Setiap hari seperti itu aktivitasnya tanpa peduli ada tanggal merah ia tetap
bekerja keras. Bebannya begitu berat. Aku sebenarnya sering tak mampu melihat
keteguhannya. Melihat ibu tidur siang pun hampir tak pernah, dan tidur di malam
hari pun seringkali terlalu larut. sulit baginya untuk dapat istirahat dari
aktivitasnya yang sangat melelahkan. Demi apa semua itu? Apapun alasan yang
diungkapkan ibu, aku tahu karena ibu mencintai keluarganya, terlebih lagi
terhadap anak-anaknya.
Sekarang
aku mengerti bahwa ibu telah mengajarkanku arti cinta itu sendiri. Cinta
seorang ibu terhadap anaknya begitu murni. Cinta itu berkomunikasi dengan hati,
komunikasi dari hati ke hati. Cinta itu irasional. Seperti cara ibu mendidikku
dengan hati yang penuh cinta, tak peduli seperti apa anaknya ini meski terlalu sering
merepotkannya, meski tak jarang membuatnya kesal. Cinta itu tak melulu perlu
alasan logis. Cinta ibu kepada anaknya, meski sekarang aku dan ibu terpisah jarak
tetapi tidak dengan jarak psikologis antara aku dan ibu. Doa ibu selalu hadir
dalam setiap hela nafasku yang menggema di seantero alam yang selalu ia
kirimkan melalui Langit agar senantiasa mejagaku, berada di sisiku. Doa ibu
adalah sebuah komunikasi bathin bagi anaknya. Dan ibuku selalu mendoakanku
meski dari kejauhan. Doa ibu berkah bagiku. Doa ibu, karena Tuhan akan meringankan
bebanku. Doa ibu, Tuhan akan selalu meridoiku langkahku.
Ibu,
tak ada kata yang dapat terucap untuk dapat mengungkapkan rasa terima kasihku
padamu. Tak ada yang paling berharga di dunia yang dapat membayar cinta ibu,
tak ada malaikat yang dikirimkan Tuhan ke dunia untuk menjagaku yang terhebat
kecuali seorang ibu untukku. Dan aku pun akan menjadi seorang ibu nantinya,
maka bayangmu akan selalu menjadi inspirasiku untuk menjadi malaikat yang
paling dicintai anaknya kelak. Tiada hari tanpa doa ibu. Aku mencintai ibu.
Karena hari ibuku tak hanya tanggal 22 Desember. :)
Komentar
Posting Komentar