Mau di mulai dari mana nih? Ini juga tulisan dibikin gegara dicerewetin seseorang disuruh share ilmu gitu :p
Yaudah deh kalo masalah alur berarti terserah aku dong, mau jungkir balik terus nggak balik apa gimana...yaaa suka-suka! hahaa..
Akhirnya, aku ketemu seorang teman (baru) ciyee... Eh kok akhirnya? Nggak awal dulu kek??
Yaa biarin..anti mainstream :p
Nah di situ, awalnya sih cuma saling sapa, kenalan seadanya sampe akhirnya meluluhkan hatiku untuk teraweh bareng (padahal sama sekali nggak ada rencana mau teraweh di Maskam UGM). >,<
Yaa itulah sedikit kisah yang seru juga sih, gegara aku nekat soalnya udah niat mau kuliah umum psikologi biar sendiri pun akan ku jalani (ekyaaa), akhirnya dapet temen baru. Dia mahasiswa semester akhir Psikologi di UII dan nyambi kerja jadi asisten psikolog di salah satu instansi lah.
"Mbak kok kayaknya kamu tau banyak sih sama psikologi?". Uhuk,, aku mau jawab apa? Padahal cuma modal dengkul, iseng baca-baca buku personality atau berbau self development gitu. Oiya kataku kuliahku juga belajar psikologi lho, meskipun cuma di permukaan dan aku padahal mau kepo tentang biopsikologi. :p
"Wah jangan-jangan mbak salah jurusan nih?" Udah berapa orang bilang gitu ya? hehee.. nggak yaa..saya kan prinsipnya nggak mau mbatesin ilmu, apa yang saya minatin selama masih ada semangat yaa kepoin aja. hihihii...
Yaaa....itu intro aja,, kali ini mau serius bahas materi :p
Apa yaa? Oiya, itu kan serangkaian tema dari kuliah umum psikologi Islam nih, waktu itu temanya tentang Parenting. Ini kalo ada miss rempong yang satu itu, kalo apapun yang berbau rumah tangga semangatnya membara! wkwkwk
Itu tema tentang parenting. Aku pandangi dari sudut ke sudut peserta keliatan banget yang hadir itu kalo nggak motherhood yaa fatherhood, bahkan yang ibu-ibu sama anaknya juga banyak. Duuh,, sampe ada ngerasa salah forum nih! ckckckckck
Mungkin yang bisa aku catet di sini cuma poin-poin dari sekian banyak pemaparan dari Pak dosen. Poin-poin yang pastinya mengena bagiku.
Sebenarnya setiap manusia itu dilahirkan memiliki kesucian dan kebebasan. Fitrah seorang anak itu suci dan memiliki kebebasan untuk memilih apa yang akan dilakukan. Suci sebagai platform yang melekat pada hati nurani sementara kebebasan bisa sebagai kendaraan nafsunya. Maka di sini peran orang tua untuk mengarahkan.
Tabularasa oleh John Lock yang sebenarnya belajar dari Ibnu Sina yang ditarik akarnya bersumber dari Al-Qur'an yaitu tentang melihat manusia dari cover saja, tanpa melihat dari hati nuraninya (?? >aku belum crosscheck).
Jika otak itu diibaratkan sebagai CPU, lalu di mana letak programmernya? Psikologi sekuler tidak mempercayai hal yang ghoib sehingga berhenti sampai di situ saja. Tapi psikologi Islam memahami bahwa otak dikendalikan oleh hati.
OranG tua menggunakan pendengaran, penglihatan, dan hati untuk menyampaikan kebenaran beserta kebaikan kepada anak-anak mereka. Masa depan adalah ketidakpastian bagi manusia. Orang tua tidak tahu bagaimana masa depan anaknya (tidak pasti) oleh karena itu yang dilakukan hanya berharap dan mengarahkan agar anak menjadi pribadi yang dapat memilih jalan hidupnya dengan benar. Selain itu, anak bukanlah sebagai public relation bagi orang tuanya, seperti jika anak telah mendapat prestasi yang gemilang atau sekolah di tempat yang memiliki prestise tinggi, seakan itu adalah pembentukan citra tentang keberhasilan orang tuanya dalam mendidik anak. Oleh karena itu tidak ada paksaan oleh orang tuanya terhadap anaknya.
Cinta itu kualitas hati. Bagaimanapun nakalnya seorang anak, orang tua tetap mencintai anaknya. Seorang anak yang berbuat hal negatif, pada hakikatnya di hatinya itu tersimpan kebenaran dan kebaikan, hanya saja saat itu cahaya kebenaran dan kebaikan itu tengah tertutupi oleh gelapnya nafsu yang menyelimutinya. Oleh karena itu, cinta berkomunikasi dengan hati. Cinta itu irasional. Tak melulu perlu alasan logis untuk menjelaskannya. Maka ketika parenting dengan hati yang penuh cinta, tak selamanya perlu alasan logis. Sabar itu tidak ada batasnya, jika menghilangkan kesabaran sama saja meninggalkan Allah. Sebab Allah bersama orang-orang yang bersabar. Sesuatu yang berbatas itu bukanlah kesabaran tetapi toleransi. Di dalam kesabaran itu tersimpan harapan. Maka menjadilah orang yang senantiasa bersabar, maka tak akan pernah putus dari harapan.
Yaaa...kurang lebih begitulah yang bisa aku simak. Selebih dan sekurangnya ampun maaf kalo emang ada yang keliru. Seandaikan ada yang keliru mohon diluruskan dan kalo ada yang kurang silakan ditambahkan. Apalagi kritik dan komentar sangat dibutuhkan biar bisa terus mempertajam wawasan. hehee...
Yaudah deh kalo masalah alur berarti terserah aku dong, mau jungkir balik terus nggak balik apa gimana...yaaa suka-suka! hahaa..
Akhirnya, aku ketemu seorang teman (baru) ciyee... Eh kok akhirnya? Nggak awal dulu kek??
Yaa biarin..anti mainstream :p
Nah di situ, awalnya sih cuma saling sapa, kenalan seadanya sampe akhirnya meluluhkan hatiku untuk teraweh bareng (padahal sama sekali nggak ada rencana mau teraweh di Maskam UGM). >,<
Yaa itulah sedikit kisah yang seru juga sih, gegara aku nekat soalnya udah niat mau kuliah umum psikologi biar sendiri pun akan ku jalani (ekyaaa), akhirnya dapet temen baru. Dia mahasiswa semester akhir Psikologi di UII dan nyambi kerja jadi asisten psikolog di salah satu instansi lah.
"Mbak kok kayaknya kamu tau banyak sih sama psikologi?". Uhuk,, aku mau jawab apa? Padahal cuma modal dengkul, iseng baca-baca buku personality atau berbau self development gitu. Oiya kataku kuliahku juga belajar psikologi lho, meskipun cuma di permukaan dan aku padahal mau kepo tentang biopsikologi. :p
"Wah jangan-jangan mbak salah jurusan nih?" Udah berapa orang bilang gitu ya? hehee.. nggak yaa..saya kan prinsipnya nggak mau mbatesin ilmu, apa yang saya minatin selama masih ada semangat yaa kepoin aja. hihihii...
Yaaa....itu intro aja,, kali ini mau serius bahas materi :p
Apa yaa? Oiya, itu kan serangkaian tema dari kuliah umum psikologi Islam nih, waktu itu temanya tentang Parenting. Ini kalo ada miss rempong yang satu itu, kalo apapun yang berbau rumah tangga semangatnya membara! wkwkwk
Itu tema tentang parenting. Aku pandangi dari sudut ke sudut peserta keliatan banget yang hadir itu kalo nggak motherhood yaa fatherhood, bahkan yang ibu-ibu sama anaknya juga banyak. Duuh,, sampe ada ngerasa salah forum nih! ckckckckck
Mungkin yang bisa aku catet di sini cuma poin-poin dari sekian banyak pemaparan dari Pak dosen. Poin-poin yang pastinya mengena bagiku.
Suasana sebelum kuliah di mulai |
Sebenarnya setiap manusia itu dilahirkan memiliki kesucian dan kebebasan. Fitrah seorang anak itu suci dan memiliki kebebasan untuk memilih apa yang akan dilakukan. Suci sebagai platform yang melekat pada hati nurani sementara kebebasan bisa sebagai kendaraan nafsunya. Maka di sini peran orang tua untuk mengarahkan.
Tabularasa oleh John Lock yang sebenarnya belajar dari Ibnu Sina yang ditarik akarnya bersumber dari Al-Qur'an yaitu tentang melihat manusia dari cover saja, tanpa melihat dari hati nuraninya (?? >aku belum crosscheck).
Jika otak itu diibaratkan sebagai CPU, lalu di mana letak programmernya? Psikologi sekuler tidak mempercayai hal yang ghoib sehingga berhenti sampai di situ saja. Tapi psikologi Islam memahami bahwa otak dikendalikan oleh hati.
OranG tua menggunakan pendengaran, penglihatan, dan hati untuk menyampaikan kebenaran beserta kebaikan kepada anak-anak mereka. Masa depan adalah ketidakpastian bagi manusia. Orang tua tidak tahu bagaimana masa depan anaknya (tidak pasti) oleh karena itu yang dilakukan hanya berharap dan mengarahkan agar anak menjadi pribadi yang dapat memilih jalan hidupnya dengan benar. Selain itu, anak bukanlah sebagai public relation bagi orang tuanya, seperti jika anak telah mendapat prestasi yang gemilang atau sekolah di tempat yang memiliki prestise tinggi, seakan itu adalah pembentukan citra tentang keberhasilan orang tuanya dalam mendidik anak. Oleh karena itu tidak ada paksaan oleh orang tuanya terhadap anaknya.
Cinta itu kualitas hati. Bagaimanapun nakalnya seorang anak, orang tua tetap mencintai anaknya. Seorang anak yang berbuat hal negatif, pada hakikatnya di hatinya itu tersimpan kebenaran dan kebaikan, hanya saja saat itu cahaya kebenaran dan kebaikan itu tengah tertutupi oleh gelapnya nafsu yang menyelimutinya. Oleh karena itu, cinta berkomunikasi dengan hati. Cinta itu irasional. Tak melulu perlu alasan logis untuk menjelaskannya. Maka ketika parenting dengan hati yang penuh cinta, tak selamanya perlu alasan logis. Sabar itu tidak ada batasnya, jika menghilangkan kesabaran sama saja meninggalkan Allah. Sebab Allah bersama orang-orang yang bersabar. Sesuatu yang berbatas itu bukanlah kesabaran tetapi toleransi. Di dalam kesabaran itu tersimpan harapan. Maka menjadilah orang yang senantiasa bersabar, maka tak akan pernah putus dari harapan.
Yaaa...kurang lebih begitulah yang bisa aku simak. Selebih dan sekurangnya ampun maaf kalo emang ada yang keliru. Seandaikan ada yang keliru mohon diluruskan dan kalo ada yang kurang silakan ditambahkan. Apalagi kritik dan komentar sangat dibutuhkan biar bisa terus mempertajam wawasan. hehee...
Komentar
Posting Komentar