Langsung ke konten utama

Sesuatu Banget


Apayaah? Biasanya kalo nulis itu pasti yang paling susah itu mikirin awalnya. Yaudahdeh ini aja awalnya biar ntar nyerocos. Sip!

Hari ini aku selepas penelitian semacam jadi guru gitu ketemu anak-anak SD yang menurutku nyenengin karenaaa aku suka anak-anak! :) eh tapi bukan itu ding yang pengen aku ceritain. Mungkin itu lain waktu aja. Sekarang aku mau cerita tentang..jreng..jreeng..jreeengggg!!

Setelah rampung penelitian dan makan siang aku bergegas ke kampus dan ternyata kebetulan sekali saat itu kelas baru saja bubar. Ketemu teman-teman trus bilangin kalo nilai UTS ku Alhamdulillah.. :) subhanallah :) .. karuniaMu yaa Allah.. Hehee 

Mereka pada bilangin aku, “Gila, Etik bolos seharian!” .. “Etik ga boleh ikut UAS lho!” Segitunya coba?? Padahal hari ini aku itu… -_-

Trus aku dan temen-temen langsung berangkat ke lokasi bedah buku alias ngobrol bareng juga. Ehmmm..sama siapa ya? Ya iyaa sama Kang Pepih Nugraha. Yeyeyee…

Kami memasuki area para pemikir ulung menuntut ilmu. Yup! Fakultas filsafat, tepatnya di UGM.
Sekilas aku mengintip dari pintu yang menganga sesosok orang seumuran ayahku duduk di bangku peserta paling depan dengan kemeja batik corak khas. Spontan aku bilang ke teman-temanku, “eh..eh..itu lhoo yang namanya Pepih Nugraha.”  Kapan lagi coba bisa ketemu editor senior kompas dan dedengkot blogger warga atau citizen journalism.

Registrasi pun sudah dilakukan dan kami masuk ke dalam ruangan. Peserta yang meminati acara ini ternyata banyak banget, antusias malahan kelihatannya. Tak terkecuali aku lah yaaa.. hehehee

Kang Pepih Nugraha duduk di bangku peserta by Zumrotul Arifah


Ada dua buku yang dibedah, yaitu Ibu Pertiwi Memanggilmu Kembali dan Ranjau Biografi.
Nah, dari awal sampe akhir sesi kayaknya aku ga bisa diem dan juga lumayan girang juga akhirnya. Awalnya, gimana rasanya hatiku gilanya aku nyesek buangeet saat itu ga kepikiran buat bawa buku Menulis Sosok buat ditandatangani oleh si Penulis dan foto bareng. Waaahhh,, aku udah mikir penegn pulang dulu ngambil trus balik lagi. Gila!

Setelah hatiku mereda, aku gatal pengen nanya-nanya. Banyak hal yang aku tangkap dari obrolan Kang Pepih kali ini, dan banyak hal yang timbul menjadi pertanyaan di benakku. Aku melihat tumpukan buku di atas meja sang moderator, pikirku itu pasti bakal hadiah buat penanya. Maka semakin bergejolaklah keinginanku untuk nyerocos alias meminta kejelasan dari kebingunganku. Ceileeehhh…

Aku menjadi penanya kedua di sesi pertama tanya jawab. Tak lupa memperkenalkan diri dan menyebut nama kampus dan jurusanku. Lumayanlah dapat senyuman dari Kang Pepih saat aku sebutkan jurusanku sebagai basic ilmuku. Ini pertanyaanku :

“Apa beda menulis biografi dengan menulis sosok? Apakah dalam menulis sosok/biografi boleh ada unsur subjektivitas penulis semacam emosi/perasaannya? Dan apakah menulis sosok itu perlu passion? Bagaimana cara memperoleh passion tersebut?”

bY :zUM_aR


Wuiih..agak lega serasa melejitkan petasan di otak. Jder! Makjleb! Tunggu jawaban.
Aku belum cukup puas dengan jawabannya. Kenapa? Banyak sekali hal-hal baru yang sangat ingin aku pertanyakan lagi dan jika aku merasa cukup, aku pasti akan berhenti. Maka aku bilang itu tidak akan pernah cukup! Bukankah begitu prinsip orang yang menuntut ilmu? Wuuhh..sok filosofis!
Ya, sesi tanya jawab berakhir dan usailah acara kali ini. Aku melihat sosok Kang Pepih yang sangat terbuka dan menerima, kalo istilah kecenya itu katanya Welcome. Selain itu orangnya menurut pandanganku lho ya, rendah hati. Aku subjektif di sini. Tetapi aku juga tak ingin luput dari gambaran. Ketika acara belum ditutup oleh moderator, beliau kembali duduk di bangku peserta. Waduuh,, ni orang merendah banget.

Akhirnya setelah negosiasi hati, aku pun jadi membeli buku Ranjau Biografi itu. Buat? Ya buat aku minta tanda tangan trus aku tertarik soalnya tu buku berguna banget buat calon Jurnalis, katanya ya. Tiba-tiba ada yang memanggilku, “mbak, tadi yang nanya kan? Ini dapat buku.”

Aku  pun memilih sebuah buku bersampul kuning cerah Young On Top. Oooohhh…Yaa Allaah..akhirnyaaa. Untung aja kemarin ga jadi beli beli. Ternyata rezekiku disini. Seneng banget aseli. Yes!!

Dua buku ku peroleh, aku bergegas menuju Kang Pepih untuk meminta tanda tangan. Di sela-sela itu aku juga masih saja bertanya dengan meminta izin sebelumnya kepada beliau. “Welcome banget aselii..”

Kang Ppeih Lagi Sibuk nandatanganin buku. Photo by Zumrotul Arifah

Aku bertanya tentang cara menuliskan sosok. Beberapa hari yang lalu aku udah interview seseorang dan telah merekam, pokoknya aku ikutin petunjuk-petunjuk Kang Pepih di buku Menulis Sosok itu. Tapi aku itu mandeg gimana cara mentranskripnya? Aku itu takut kalo tulisanku itu ga bisa mewakili si sosok yang sebenarnya dan gagal focus. Aku juga bertanya perlukah focus dalam penulisan tersebut? Dan mendetail seperti apa. Jawaban-jawaban ku tangkap dan sembari beliau menorehkan tanda tangannya di buku baruku, beliau mau kenal kami juga, menuliskan nama-nama kami di buku baru itu dan menuliskan kata-kata bijaknya di sudut buku itu. Kesan beliau untukku liat aja di foto ini nih…

Young On Top (hadiah) dan Ranjau Biografi (ditandatangani dan diberi kesan Penulis)


“Mbak Etik, selalu bertanya dan bertanya untuk menghadirkan tulisan.”
Pepih Nugraha, Yogya 6/11/13.

Wuiii…manteeeppp!!

Sesi Foto Bareng Kang Pepih

Setelah puas meskipun maksain merasa puas, kami berfoto-foto bersama beliau. Lalu di akhir perjumpaan kami berjabat tangan dan satu kalimat yang membuat aku merasa gimana gitu saat beliau bilang sama aku, “mbak yang selalu bertanya, saya senang mahasiswa yang banyak bertanya, mahasiswa yang kritis.” Duuh…berbunga-bunga rasanya. Tapi dalam hatiku semoga saja beliau ga nyesel bilang gitu ke aku :D
YOT di antara buku Kang Ppeih Nugraha


Selesai. Berkesan banget buat aku. Hari ini aku dapat dua buku yang salah satunya ku dapetin secara cuma-cuma padahal ikut acara ini juga ga bayar lho. 

Yaa Allaah terima kasih banget. Ini anugerahMu. Lain kali lagi yaa semoga lebih..lebih indah.
Banyak sekali cerita gila yang bakal aku bawa pulang. Hari-hariku tidaklah datar, sayang jika aku tak menuliskannya sebagai rekaman sejarah.

Aku memang baru start, tapi aku ga boleh terlena dengan ini semua, karena garis finish melambai-lambai di depan mata, mengajak agar aku secepatnya mampu meraihnya. Entah kapan, tapi itu niscaya. Yeyeeyee..udahan dulu yeaaa :D 

Dan koleksi bukuku semakin menggilaaa.. Hahahahaa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Bahasa Dunia

Bahasa merupakan alat/teknologi komunikasi yang pertama dan paling penting digunakan dalam interaksi. Entah bagaimana sejarah bahasa hingga bisa tercipta berbagai macam bahasa bahkan tak terhitung bahasa yang ada di dunia. Dalam satu negara saja sudah terdapat beberapa bahasa contohnya Indonesia yang kaya akan bahasa daerah. Jadi kemampuan orang Indonesia itu ternyata sebanding saja dengan kemampuan orang Barat misalnya yang mampu berbahasa Inggris, Jerman, Perancis dst. Sementara banyak juga orang Indonesia yang bisa banyak bahasa seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dsb. Berbicara tentang bahasa dunia, bahasa Inggris tentunya merupakan bahasa kunci untuk membuka gerbang dunia internasional. Bukannya untuk melupakan atau tidak mencintai 'bahasa ibu' sendiri, namun bahasa Internasional dirasa begitu penting untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan di ranah dunia.  Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai bahasa Inggris, baik mela...

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.