Langsung ke konten utama

Sepenggal Kisah Tanpa Epilog



Mulutku serasa bisu, tak mampu berkata. Jemariku serasa kaku, tak mampu menuliskan. Pikiranku serasa beku untuk memikirkan. Hanya hati yang telah merasakan besarnya kasih sayang yang mampu menggambarkan bagaimana sesosok Ibu. Rangkaian huruf tak mampu menjadi kata yang dapat menggambarkan seperti apa ibu dan seindah apapun kalimat takkan mampu menjelaskan siapa itu ibu. Dia adalah seorang yang dikirim Tuhan untukku menjadi malaikat yang menjaga, menyanyangi dan mengajarkanku untuk menjalani kehidupan yang benar. Lahirku di dunia membawa darahnya yang mengalir di dalam jasadku. Meski saat ini terpisah jarak dan waktu dengan ibu, dan meski rindu bergelayutan tetapi hati  dan bathin takkan terpengaruh oleh itu. Cinta ibu terhadapku takkan hilang karena dimensi jarak maupun waktu. 

Aku tak mampu sebenarnya untuk menuliskan rangkaian huruf menggambarkan seperti apa ibu, namun aku mencoba melontarkan seperti apa isi hati yang merasakan kasih sayang sesosok malaikat yang dikirimkan ke dunia unukku yaitu ibu.


Ibuku, apa yang istimewa darinya. Jika memandang dari atribut dunia, ibuku memang bukan seorang yang istimewa. Dia hanyalah ibu tanpa gelar akademis, tanpa harta yang melimpah, tanpa kekayaan intelektual, tanpa perhiasan yang menghiasai sekujur tubuhnya. Dia hanyalah seorang ibu yang penuh dengan kesederhanaan , namun perasaan cintanya yang sangat luar biasa. Itulah yang membuatnya menjadi istimewa di mataku. 

Ibu yang tak pernah mengeluh lelah membantu ayah dalam mencari nafkah. Setiap harinya ia bangun di pagi buta, bergegas menyiapkan santapan pagi untuk anak-anaknya serta suaminya, dan pekerjaan rumah layaknya seorang ibu rumah tangga. Setiap hari ia harus pergi keliling pasar membeli bahan dagangan dan semua itu sangat melehakan. Setiap hari seperti itu aktivitasnya tanpa peduli ada tanggal merah ia tetap bekerja keras. Bebannya begitu berat. Aku sebenarnya sering tak mampu melihat keteguhannya. Melihat ibu tidur siang pun hampir tak pernah, dan tidur di malam hari pun seringkali terlalu larut. sulit baginya untuk dapat istirahat dari aktivitasnya yang sangat melelahkan. Demi apa semua itu? Apapun alasan yang diungkapkan ibu, aku tahu karena ibu mencintai keluarganya, terlebih lagi terhadap anak-anaknya. 

Sekarang aku mengerti bahwa ibu telah mengajarkanku arti cinta itu sendiri. Cinta seorang ibu terhadap anaknya begitu murni. Cinta itu berkomunikasi dengan hati, komunikasi dari hati ke hati. Cinta itu irasional. Seperti cara ibu mendidikku dengan hati yang penuh cinta, tak peduli seperti apa anaknya ini meski terlalu sering merepotkannya, meski tak jarang membuatnya kesal. Cinta itu tak melulu perlu alasan logis. Cinta ibu kepada anaknya, meski sekarang aku dan ibu terpisah jarak tetapi tidak dengan jarak psikologis antara aku dan ibu. Doa ibu selalu hadir dalam setiap hela nafasku yang menggema di seantero alam yang selalu ia kirimkan melalui Langit agar senantiasa mejagaku, berada di sisiku. Doa ibu adalah sebuah komunikasi bathin bagi anaknya. Dan ibuku selalu mendoakanku meski dari kejauhan. Doa ibu berkah bagiku. Doa ibu, karena Tuhan akan meringankan bebanku. Doa ibu, Tuhan akan selalu meridoiku langkahku.

Ibu, tak ada kata yang dapat terucap untuk dapat mengungkapkan rasa terima kasihku padamu. Tak ada yang paling berharga di dunia yang dapat membayar cinta ibu, tak ada malaikat yang dikirimkan Tuhan ke dunia untuk menjagaku yang terhebat kecuali seorang ibu untukku. Dan aku pun akan menjadi seorang ibu nantinya, maka bayangmu akan selalu menjadi inspirasiku untuk menjadi malaikat yang paling dicintai anaknya kelak. Tiada hari tanpa doa ibu. Aku mencintai ibu. Karena hari ibuku tak hanya tanggal 22 Desember. :)

"Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com ."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Bahasa Dunia

Bahasa merupakan alat/teknologi komunikasi yang pertama dan paling penting digunakan dalam interaksi. Entah bagaimana sejarah bahasa hingga bisa tercipta berbagai macam bahasa bahkan tak terhitung bahasa yang ada di dunia. Dalam satu negara saja sudah terdapat beberapa bahasa contohnya Indonesia yang kaya akan bahasa daerah. Jadi kemampuan orang Indonesia itu ternyata sebanding saja dengan kemampuan orang Barat misalnya yang mampu berbahasa Inggris, Jerman, Perancis dst. Sementara banyak juga orang Indonesia yang bisa banyak bahasa seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dsb. Berbicara tentang bahasa dunia, bahasa Inggris tentunya merupakan bahasa kunci untuk membuka gerbang dunia internasional. Bukannya untuk melupakan atau tidak mencintai 'bahasa ibu' sendiri, namun bahasa Internasional dirasa begitu penting untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan di ranah dunia.  Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai bahasa Inggris, baik mela...

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.