Langsung ke konten utama

Pasola, Sebuah Kearifan Lokal Masyarakat Sumba

Hari ini di mata kuliah komunikasi lintas budaya dan agama, prodi Ilmu Komunikasi, kelompok kami membahas mengenai tradisi pasola. Suatu tradisi yang dilakukan turun-temurun di pulau Sumba. Tradisi ini telah bertahan sekian ratus tahun di mana sangat kental dengan peninggalan leluhur dan terus dilestarikan oleh masyarakatnya hingga sekarang. Suatu daerah Indonesia yang menjadi salah satu peninggalan dan saksi masa megalitikum atau batu besar yang menjadi makam ataupun tempat sesembahan bagi para megalitikum yang mana masyarakat di sini mayoritas beragama marapu.




Tradisi ini dikenal sebagai tradisi penumpahan darah. Tidak hanya hewan ternak seperti babi, kerbau, dan sebagainya yang dikorbankan tetapi juga darah manusia lewat tradisi pasola ini. Tradisi pasola yaitu tradisi yang diselenggarakan pada Februari atau Maret dimana para peserta dari dua kubu bertarung dengan menunggangi kuda di lapangan yang luas dengan saling melempar lembing ke arah lawan. Tak jarang pertumpahan darah pun terjadi, tetapi ini merupakan suatu kearifan lokal masyarakat Sumba, di mana mempertahankan nilai perjuangan  dan pengorbanan meskipun di sudut pandang orang lain tradisi ini sarat kekerasan.
Suatu daya tarik di pulau Sumba. Mereka yang bertarung bukan karena dendam tetapi sebab perjuangan dan pengorbanan yang mereka lakukan. Mereka percaya bahwa semakin banyak darah yang dikorbankan semakin banyak keberkahan yang akan mengalir di tanah mereka. Unik memang, itulah Indonesia ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Bahasa Dunia

Bahasa merupakan alat/teknologi komunikasi yang pertama dan paling penting digunakan dalam interaksi. Entah bagaimana sejarah bahasa hingga bisa tercipta berbagai macam bahasa bahkan tak terhitung bahasa yang ada di dunia. Dalam satu negara saja sudah terdapat beberapa bahasa contohnya Indonesia yang kaya akan bahasa daerah. Jadi kemampuan orang Indonesia itu ternyata sebanding saja dengan kemampuan orang Barat misalnya yang mampu berbahasa Inggris, Jerman, Perancis dst. Sementara banyak juga orang Indonesia yang bisa banyak bahasa seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dsb. Berbicara tentang bahasa dunia, bahasa Inggris tentunya merupakan bahasa kunci untuk membuka gerbang dunia internasional. Bukannya untuk melupakan atau tidak mencintai 'bahasa ibu' sendiri, namun bahasa Internasional dirasa begitu penting untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan di ranah dunia.  Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai bahasa Inggris, baik mela...

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.