Langsung ke konten utama

Ekheemm...Eaaa.....

mmmh....ini tulisan mau dibikin cheerful ato melankolis aja yaakk?
okedehhh,, lagi-lagi semau gua aja deeh.. :D

Di pagi mendung itu aku tak berjalan-jalan terlalu jauh, hanya di seputaran tempat tinggalku yang selama ini aku sendiri tak terlalu mengeksploitasinya.. ceilee..

Tak usah berlama-lama, kali ini aku hanya berdua dengan sahabatku ke banua anyar. Iyaa...sekedar menikmati panorama sungainya.

Cukup lama kami di sana, seraya curhat akan segala keluh kesah. Dan kami duduk di tangga menuju pintu rumah bubungan tinggi itu. Yaa,, betul sekali! Itu museum Wasaka.

Museum Wasaka (Tampak belakang)

Ku rasa cukup indah, bila dibandingkan kepadatan dan keruwetan di pinggiran kota ini. hehe..
Sekali lagi aku bergumam, andai lebih dirawat pastilah akan lebih menawan. Hmm..

Pohon Beringin Museum Wasaka
 Pohon beringin ini nampak asri di pagi hari, tapi entah jika suasana berganti tengah malam. hiiii..
Sisi Samping Museum Wasaka
 Aku pun mulai jail memotret tiap sudut yang menurut intuisiku unik. Di sudut sengatan sinar mentari..

Jembatan Banua Anyar 



















Kami beranjak ke beranda museum, menikmati suasana sungai yang damai..
Eksotisnya Sungai Banua Anyar

Selepas lelah bercerita, kami pun beranjak pulang. Tapi dari kejauhan kami melihat sebuah rumah makan di seberang sungai dan pas sekali di saat itu kami belum nyarap. hhaa..

Unik sekali rumah makan ini, dengan interior tradisional dan panorama sungai cukup memikat seleraku tuk mengabadikan momen ini. Di sela nikmatnya menyantap soto Banjar, aku memotret sudut-sudut sungai yang unik di bawah jembatan ini. 





Masih Di Sungai Banua Anyar



















Ini foto lumayan eksotis bagiku. Satu keluarga menaiki perahu motor, nampaknya mereka seperti hendak beranjak ke pasar..

Di Bawah Museum



Hanya iseng, berjalan-jalan di bawah bangunan museum. Yaa.. seperti inilah gambaran rumah khas Kalimantan. Di bawah bangunan begitu lengang, bisa dilewati orang dewasa dan sering digunakan anak-anak untuk tempat bermain.


Yaaa,,, segitu dulu aje yee deskripsinye. Kan ntar jalan-jalan lagi neh, kasih komen dunk, biar ada perubahan gitu loh! hahahaaa...
See u at the other places y.. :)

Jembtan Banua Anyar Tempoe Klasik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Bahasa Dunia

Bahasa merupakan alat/teknologi komunikasi yang pertama dan paling penting digunakan dalam interaksi. Entah bagaimana sejarah bahasa hingga bisa tercipta berbagai macam bahasa bahkan tak terhitung bahasa yang ada di dunia. Dalam satu negara saja sudah terdapat beberapa bahasa contohnya Indonesia yang kaya akan bahasa daerah. Jadi kemampuan orang Indonesia itu ternyata sebanding saja dengan kemampuan orang Barat misalnya yang mampu berbahasa Inggris, Jerman, Perancis dst. Sementara banyak juga orang Indonesia yang bisa banyak bahasa seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dsb. Berbicara tentang bahasa dunia, bahasa Inggris tentunya merupakan bahasa kunci untuk membuka gerbang dunia internasional. Bukannya untuk melupakan atau tidak mencintai 'bahasa ibu' sendiri, namun bahasa Internasional dirasa begitu penting untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan di ranah dunia.  Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai bahasa Inggris, baik mela...

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.