Langsung ke konten utama

Menuju Polaris


Pandanganku mengarah pada luasnya atap dunia, menjulang tinggi tanpa tiang.
Tampak olehku makhluk-makhluk bersayap menari bermandikan sinar mentari menghias cakrawala.

Ingin rasanya aku seperti burung. Bebas pergi kemanapun ia mau. Dari hutan ke hutan, savana ke savana, benua ke benua...
Hanya bermodalkan kedua sayapnya dan keberaniannya mengarungi samudera.

Masih ku menatap atap dunia. 
Mentari begitu gagah dan baik hatinya memberi sinar pada seisi bumi ini. Tak mengharap balas jasa, karna itu murni perintah Tuhan nya.



Aku ingin sepertinya. 
Semua makhluk butuh akan dirinya. Yang ketika malam ia sangat dirindukan, yang ketika siang ia sering dibanggakan.

"Hah, konyol!" Hati kecil berujar.

Namun sekarang saatnya ku pandangi karpet dunia yang terbentang hijau dan biru dominan.
Tempat berpijak makhluk-makhluk Tuhan.

Lupakan atas burung dan mentari!
Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.
Aku pun pasti akan bisa lebih bebas dan lebih bahagia dibanding burung-burung itu.
Aku juga niscaya mampu menandingi mentari, karna aku tahu Tuhan telah memberi sinar itu di dalam diriku untuk modal aku berpijak di dunia.

Namun ku akui, sinar itu masih sebatas sekerdip cahaya lilin yang hanya mampu menerangi suatu bilik yang kecil.
Tapi aku yakin suatu ketika lilin itu akan bermetamorfosa menjadi mercusuar bak bintang polaris.

Tuhan, bantulah aku menuju polarisku.....
Karna anugerahMu, aku telah mampu melihat polaris itu. 
Aku ingin berlari menujunya dan aku ingin tahu apakah ia merindukan aku seperti aku merindukannya.... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Sekilas Bahasa Dunia

Bahasa merupakan alat/teknologi komunikasi yang pertama dan paling penting digunakan dalam interaksi. Entah bagaimana sejarah bahasa hingga bisa tercipta berbagai macam bahasa bahkan tak terhitung bahasa yang ada di dunia. Dalam satu negara saja sudah terdapat beberapa bahasa contohnya Indonesia yang kaya akan bahasa daerah. Jadi kemampuan orang Indonesia itu ternyata sebanding saja dengan kemampuan orang Barat misalnya yang mampu berbahasa Inggris, Jerman, Perancis dst. Sementara banyak juga orang Indonesia yang bisa banyak bahasa seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Batak, dsb. Berbicara tentang bahasa dunia, bahasa Inggris tentunya merupakan bahasa kunci untuk membuka gerbang dunia internasional. Bukannya untuk melupakan atau tidak mencintai 'bahasa ibu' sendiri, namun bahasa Internasional dirasa begitu penting untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan di ranah dunia.  Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai bahasa Inggris, baik mela...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.