Langsung ke konten utama

Diary yang Lama Tak Tersentuh

Dear Diary,
tulisan ini ku tujukan utk mu meski ku tak mengukirnya di tubuhmu.
Semenjak datangnya media ini dan media lain ke duniaku, semenjak itu pula kian berganti waktu aku melupakanmu.
Entah tak lagi mampu terhitung jari berapa kurun waktu kau tak ku sentuh?
Tak tau sudah berapa banyak pemain figuran yg telah ku torehkan di setiap helai putihnya tubuhmu yg mewarnai setiap detik waktu dan detak jantungku.

Aku resah akan dirimu jikalau kau beberkan semua rahasiaku yg hanya ku ceritakan padamu seorang.
Kini usiamu telah cukup tua. Aku masih ingat kau adalah hadiah untukku saat ku mendapatkan sebuah prestasi karya tulis, ya yg sungguh amat amatiran itu! Haha.. Aku sungguh tak menyangka!

Tapi aku bahagia karna kau setia menemaniku dalam setiap curahan hatiku.
Tak jarang butiran air mata terjatuh di lembaranmu, menyeka tinta hitam yg dg gagahnya melukai tubuhmu.
Maafkan aku yg kini tak lagi menyentuhmu. Aku tak tau sudah seberapa tebalnya debu yg melekat di tubuhmu.
Maafkan aku yg lebih sering menorehkan luka-lukaku padamu ketimbang suka riaku.
Sekali lagi maafkan aku..

Tapi kaulah saksi hidupku. Dokumentasi setiap episode drama hidupku..
Terima kasih atas kesetiaanmu padaku. Aku akan kembali merawatmu dan membuktikan pada dunia bahwa kau bukan diary biasa! :)

190212
At the middle of bla bla bla

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.

BeTe Banget Tau!

Padahal males banget mau cerita tapi gimana lagi ntar kepalaku pecah numpukin uneg-uneg in di kepala. Iyuuuhhh -_- Entah ga taulah apakah karena harapanku yang terlalu tinggi ato gimana, bikin ga enak banget kali ini. Aku ga ngerti gimana standar beliau itu. Aku cuma mempermasalahin standar penilaian yang sebenarnya juga aku tu males kalo kesannya semua itu demi nilai.