Langsung ke konten utama

PR Week 2014, Lebih Mengenal Lewat Praktisi


3 November di hotel Sheraton, kami yang merupakan perwakilan anggota komunitas Public Relations Oriented (PRO), prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mendapatkan kesempatan untuk menghadiri acara PR Week 2014 yang memang diperuntukkan bagi mahasiswa yang tak harus yang berasal dari konsentrasi public relations (PR).

Diawali dengan pemaparan ibu Elizabeth G. Ananto sebagai founder IPRS (International Public Relations Summit) dengan gaya dan gimik khasnya seakan melontarkan kegelisahannya mengenai praktisi PR di Indonesia yang belum benar semestinya. Banyak sekali peaktisi PR yang berbagi dalam acara ini, seperti ketua ISKI (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia), Yulindre Darwis. Selain itu juga ada ibu Riska Septiana, Ketua Perhumas, dan masih ada beberapa praktisi lainnya.
Ada beberapa poin yang dapat dicatat diantaranya saat ini kita berada di era informasi terbuka maksudnya bukan telanjang buka-bukaan semua dibeberkan tetapi jika ditanya sesuatu kita mengetahuinya. PR harus bicara soal "value" .tidak selalu tentang"sales".
PR itu bekerja untuk menonjolkan client (reputasi) bukan menonjolkan dirinya.

7 Steps of changes :
1. Behaviour
2. Attitude
3. Belief
4. Perception
5. Understanding
6. Knowledge
7. Awareness

Antusiasme peserta tergambar lewat banyaknya partisipasi dan tetap berada dalam forum berjam-jam hingga acara berakhir. Acara ini menyuguhkan ilmu dan wawasan yang berharga seputar dunia PR. Semoga para calon PR yang tengah menjajaki proses atau bahkan yang tengah mencari jatidiri semakin tercerahkan menuju passion. Keep on positive mind, guys!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.

BeTe Banget Tau!

Padahal males banget mau cerita tapi gimana lagi ntar kepalaku pecah numpukin uneg-uneg in di kepala. Iyuuuhhh -_- Entah ga taulah apakah karena harapanku yang terlalu tinggi ato gimana, bikin ga enak banget kali ini. Aku ga ngerti gimana standar beliau itu. Aku cuma mempermasalahin standar penilaian yang sebenarnya juga aku tu males kalo kesannya semua itu demi nilai.