Langsung ke konten utama

Menalar Keajaiban

Seketika jari-jariku kaku membeku di hamparan tuts keyboard. Apa yang akan aku tuliskan sekarang? Tiada inspirasi.
Masih seperti sebelumnya, aku terlalu sering mendongak memandang langit tapi aku lupa tuk mengemis dan melihat keajaiban Pencipta langit.

Logikaku yang tak seberapa tak mampu ku jadikan patokan kaku untuk menjalani sepanjang hidupku.
Tak ku sadari, Allah itu punya banyak keajaiban. Aku yang terus bernalar tiada ujung, mengeluhkan betapa kerasnya jalan yang ku tapaki. Aku hanya memandang dari satu arah, arah padangku yang sempit. Aku tak lagi melihat pintu-pintu yang mungkin saja akan terbuka satu demi satu tanpa ternalar oleh logikaku. Aku terlalu sibuk memikirkan, bukan sibuk untuk mendekatkan. Tragis kawan!!


Sedominan apapun pengaruh otak kiri ini, aku tahu itu pasti ada makna yang terkandung di baliknya. Apapun yang Allah cipta tiada yang salah ataupun kau kira gagal atau tiada manfaat begitukah? Kecuali bagi siapa yang tak menyadarinya.

Aku suka sekali dengan ungkapan ada secercah lentera yang Allah benamkan di dalam jiwamu. Hanya saja kawan, lentera itu perlu bahan bakar. Akan terus diisi kah atau hanya dibiarkan hingga gulita menyelimuti diri? Aku bermimpi kelak ku yakin lentera ini akan bersinar bak mercusuar, menyinari seantero raya, menginspirasi yang termakan racun dunia, tentu atas izinNya.

Aku tahu meski aku hanya sebatas gadis yang sangat amat 'masih' biasa dan tentunya hina di hadapanNya, tapi dengan adanya impian-impianku aku terasa terangkat setiap kali aku teringat tentangnya. Kangen sekali rasanya saudara-saudara........
Mohon do'anya kawan! Bersama pemimpi yang lain, ayo kita berjuang!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kita yang Takkan Pernah Pupus Seperti Pohon Pinus

Makna kebersamaan yang tak pernah pupus, kokoh berdiri tegak dan lurus layaknya pohon pinus :) Wow! Pohon pinus. Aduuh gimana nih kalo tiba-tiba melankolis terus kesannya malah romantis? -_- hehe.. Tapi juga nggak begitu amat. Oke itu cukup jadi intro :p Ini merupakan perjalanan kita selepas dari Bumi Langit. Ini lah hutan pinus yang terletak di perbatasan Dlinggo, Bantul-Imogiri. Asri, sejuk dan aroma pinus ini menyusuri serambi dan bilik hati (kayak darah di jantung aja!). hehehe...

Watu Lawang, Poktunggal, 'Wani Perih' Bersama...

  Pantai Watu Lawang Pagi yang mendung dan penuh harapan ini beranjak menuju suatu yang telah lama diagendakan. Berselang berjam-jam dengan hambatan ini dan itu, tepatnya ketika matahari berada di atas kepala, satu per satu pantai-pantai di Gunung Kidul terlihat hingga akhirnya berhenti pada pantai ini. Pantai Watu Lawang, baru ini mendengar namanya. Meskipun dari nama mungkin kurang tenar, tetapi pantai ini tak kalah cantik dan asyiknya lagi serasa memiliki pantai pribadi. haha.. Seperti yang telah disebutkan tadi, salah satu hambatan yang menjadi pemanis perjalan kami, sepeda motor Yudhi ternyata bermasalah dan beruntung saat itu menemukan bengkel di kawasan jalan yang meliuk seperti ular yang mengitar, pemandangan karst di sana sini dan tentunya kawasan yang tak padat penduduk.

BeTe Banget Tau!

Padahal males banget mau cerita tapi gimana lagi ntar kepalaku pecah numpukin uneg-uneg in di kepala. Iyuuuhhh -_- Entah ga taulah apakah karena harapanku yang terlalu tinggi ato gimana, bikin ga enak banget kali ini. Aku ga ngerti gimana standar beliau itu. Aku cuma mempermasalahin standar penilaian yang sebenarnya juga aku tu males kalo kesannya semua itu demi nilai.